Ketiga aktivis perempuan Kurdi, Sakine Cansiz, Fidan Dogan dan Leyla Soylemez ditemukan tewas dengan luka tembakan di kepala di Paris, Perancis |
Sejumlah sumber aparat keamanan mengatakan, ketiga aktivis perempuan itu, termasuk anggota pendiri PKK Sakine Cansiz, tewas dengan sedikitnya tiga tembakan di kepala. Hasil otopsi mengungkap salah seorang korban ditembak empat kali di kepala sementara dua lainnya ditembak tiga kali.
Pembunuhan itu terjadi beberapa hari setelah media Turki mengabarkan Pemerintah Turki dan PKK menyepakati peta jalan untuk mengakiri pemberontakan selama tiga dekade yang menghilangkan sedikitnya 45.000 nyawa.
PKK, yang mengangkat senjata melawan Pemerintah Turki sejak 1984, menuntut pemerintahan otonomi Kurdi di bagian tenggara Turki. Ankara dan sebagian besar negara di dunia mengategorikan PKK sebagai kelompok teroris.
Sejumlah pakar menawarkan sejumlah teori terkait motif pembunuhan itu, termasuk serangan dari ekstremis Turki hingga perselisihan internal di dalam tubuh PKK.
Sementara itu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pembunuhan ketiga aktivis itu adalah bagian perselisihan internal PKK. Kesimpulan itu dikemukakan karena ketiga korban tampaknya memberi akses kepada si pembunuh untuk memasuki Pusat Informasi Kurdi di Paris.
"Tempat itu, dilindungi tak hanya dengan sebuah kunci, tetapi banyak kunci berkode," demikian kantor berita Turki, Anatolia, mengutip Erdogan.
"Ketiga orang itu membuka pintu. Saya kira mereka tak akan membuka pintu untuk orang yang tidak mereka kenal," lanjut Erdogan.
Namun, Erdogan juga menduga bahwa pembunuhan ini adalah upaya untuk menggagalkan pembicaraan damai antara Ankara dan pemimpin PKK yang dipenjara, Abdullah Ocalan. Mantan gerilyawan, Sakine Cansiz, dianggap sebagai salah satu sekutu dekat Ocalan.
"Pembunuhan itu bisa jadi merupakan hasil perselisihan internal PKK atau upaya untuk mengganggu upaya damai yang kami tawarkan dengan niat baik," ujar Erdogan.
Para pakar mengatakan, jika perselisihan internal yang menjadi motif pembunuhan itu, kemungkinan besar konflik yang terjadi berkaitan dengan uang.
Sejumlah sumber di Perancis mengatakan, kepolisian saat ini tengah melakukan 21 penyelidikan terhadap dugaan adanya penggalangan dana ilegal yang dilakukan PKK.
Untuk menggalang dana, PKK melakukan apa yang mereka sebut "pajak revolusi". Pajak ini ditarik dari para ekspatriat Kurdi di sejumlah negara. Diperkirakan terdapat 150.000 warga Kurdi di Perancis, sebagian besar dari mereka berasal dari Turki.