Showing posts with label perikanan. Show all posts
Showing posts with label perikanan. Show all posts

keindahan laut wakatobi

Posted by Raka Satria Mencari Cpanel on Wednesday, December 19, 2012

Pulau Hoga
Pulau Hoga adalah salah satu pulau di gugusan kepulauan WAKATOBI wilayah Kabupaten Wakatobi, provinsi Sulawesi Tenggara , Indonesia, yang juga merupakan pulau wisata bawah laut terindah di Dunia. Pulau ini terletak di timur Pulau Kaledupa.
MENDENGAR namanya, orang berpikir tiga hal itu ada kaitannya dengan Jepang. Padahal, ini tentang keindahan Indonesia di Sulawesi Tenggara.
Mendarat di Hoga, tampak bangunan-bangunan kayu yang sederhana namun kokoh. Sejumlah bule berseliweran di ruang makan berkapasitas 60-80 orang yang dipenuhi jadwal dan instruksi berbahasa Inggris. Suasana hiruk-pikuk dengan senda gurau dalam bahasa Inggris. Padahal, itu di kepulauan Wakatobi, di ujung tenggara Pulau Sulawesi yang dari Jakarta bisa ditempuh dua hari.
Memang, orang asing itu bukan sekadar turis. Mereka rata-rata mahasiswa dan profesor peneliti program Operation Wallacea (Opwall), lembaga ekspedisi riset dan konservasi yang berbasis di Inggris.
Keindahan yang tak ternilai dari tempat ini adalah lokasinya yang terpencil, kata John Coop Direktur-Expedisi Logistik Opwall di Pulau Hoga.
Menurut John, mereka datang pada musim liburan universitas di Eropa: Maret dan Juni-September. Tiap musim jumlah mahasiswa dan relawan mencapai 400 orang sementara profesor 8-10 orang.
Kepulauan Wakatobi memang menyimpan banyak keindahan. Dulu dikenal sebagai kepulauan Tukang Besi, terdiri dari kelompok empat pulau utama yang menjadi nama Wakatobi: Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Kawasan dengan luas 1.390.000 hektare yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan besar, jajaran atol dan laguna karang tersebut terkenal kepadatan habitat terumbu karang dan ikanya yang beragam. Paus dan lumba-lumba pun kerap dapat ditemui di sekitar Wangi-Wangi.
Pencinta penyu dapat meneliti di Pulau Runduma, sebelah utara Pulau Kaledupa. Di pulau yang sulit ditempuh karena jalur pelayarannya rawan gelombang, penyu-penyu hijau (Chelonia mydas) selalu turun bertelur.
Maka Opwall yang beroperasi sejak 1995 menyiapkan fasilitas tak tanggung-tanggung. Di Pulau Hoga, Opwall menyewa satu bangunan rumah panggung milik Pemerintah Daerah Wakatobi dan difungsikan sebagai kantor, ruang kelas, area belajar, perpustakaan mini, ruang komputer, laboratorium basah, restoran, bar, dan klinik pertolongan pertama. Opwall juga berkerja sama dengan operator dan lembaga kursus menyelam PADI.
Banyaknya peneliti asing membuat masyarakat di Wakatobi, juga Suku Bajo di Sampela, mengira pengunjung lokal yang berkulit kuning langsat pun sebagai orang asing.
Warga juga sangat terbiasa diwawancara. Bahkan sebagian mengaku bosan, letih. Para peneliti asing itu kadang tidak datang berkelompok tapi sendiri-sendiri. Lalu kami diminta berkumpul. Setiap orang dapat pertanyaan panjang dan banyak. Sering kami jadi tidak melaut, keluh La Diy (42) warga Desa Sembano.
Buntutnya saat mengetahui jadi obyek penelitian, mereka menjadi kritis dan mempertanyakan dampak langsung penelitian bagi masyarakat.
Padahal, umumnya para peneliti asing ini meneliti di Wakatobi untuk satu kurun waktu tertentu demi disertasi akademik mereka. Pada sisi ini masyarakat memang sekadar menjadi obyek penelitian. Namun di sisi lain, keberadaan Opwall telah membuka alternatif penghasilan dan lapangan pekerjaan baru buat masyarakat, khususnya di Hoga dan Kaledupa.
Di Hoga, saat ini terdapat 200 homestay milik masyarakat yang pasokan tamunya sebagian besar dari Opwall. Transaksi penyewaan kapal untuk penyelaman, arus pesanan sayur-mayur, menjadi tambahan penghasilan di musim ramai penelitian. Opwall juga melibatkan 81 persen staf lokal sebagai pekerja operasional. Dampak tak langsung lain adalah lancar berbahasa Inggris.
Kepulauan Wakatobi sejak 31 Juli 1996 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 393/KTps-VI/1996 ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional Laut dengan nama Taman Nasional Kepulauan Wakatobi. Dengan penetapan itu, tahun 1997 Wakatobi dibagi menjadi lima zona: Zona Inti (683.500 ha), Zona Pelindung (160.500 ha), Zona Pemanfaatan (70.000 ha), Zona Pemanfaatan Tradisional (300.500 ha), dan Zona Rehabilitasi (175.000 ha).
Pembagian ini penting mengingat taman laut Wakatobi (1.390.000 ha) merupakan taman laut kedua terbesar di Indonesia, setelah Taman Nasional Laut Teluk Cendrawasih di Papua. Tingkat keragaman terumbu dan spesies ikan di Wakatobi juga termasuk berkepadatan tinggi, sama seperti di Taman Nasional Laut di Bunaken, Teluk Cendrawasih, dan Komodo.
Berdasarkan kajian ekologi The Nature Conservation (TNC) Indonesia Marine Program dan WWF Indonesia Marine Program 2003, di Wakatobi terdapat 396 jenis karang batu penyusun terumbu karang dan 590 jenis ikan. Ini karena ada Laguna Karang Kaledupa, laguna terluas dan terpanjang di Indonesia.
Di laguna karang ini komunitas karang yang tidak umum dan spesies ikan berada pada keragaman yang paling tinggi. Keindahan dapat dinikmati di 27 titik lokasi penyelaman di mana terumbu karang secara umum dalam kondisi sehat.
Attached Image: hoga1.jpg
Attached Image: hoga2.jpg
Tak heran bila Wakatobi dikenal sebagai salah satu lokasi impian penyelaman. Namun, penyelam lokal biasanya jadi minder begitu penyelam asing bercerita.
Begitulah. Para penyelam mancanegara rupanya lebih mengerti bahwa Indonesia memiliki dunia bawah laut yang amat indah.
bagi bro/sii yang pengen kesana bisa mencapai Pulau Hoga dapat ditempuh lewat perjalanan laut dengan beberapa alternatif, yaitu:
Kendari ke Pulau Hoga via P. Wangi-Wangi (Wanci), dengan kapal kayu yang berangkat dari pelabuhan Kendari 2 kali seminggu. Waktu tempuh ± 15 jam.
Kendari ke Bau-Bau (Buton) via Raha (Muna) dengan kapal cepat (± 4 jam) dilanjutkan dengan naik kapal ke Wanci dengan kapal kayu (± 3 jam) atau speed boat carteran (± 4 jam langsung ke P. Hoga).
Attached Image: hoga3.jpg
Attached Image: hoga4.jpg
Attached Image: hoga5.jpg
Attached Image: hoga6.jpg
Attached Image: hoga7.jpg
Attached Image: hoga8.jpg
Attached Image: hoga9.jpg
Attached Image: hoga10.jpg
Attached Image: hoga11.jpg
Attached Image: hoga12.jpg
Attached Image: hoga13.jpg
Attached Image: hoga14.jpg
Attached Image: hoga15.jpg
Attached Image: hoga16.jpg
Attached Image: hoga17.jpg
nih bro suasana malam nya
More aboutkeindahan laut wakatobi

kraken sang pemangsa

Posted by Raka Satria Mencari Cpanel on Wednesday, June 29, 2011

Mungkin tidak ada yang selegendaris rakasa laut yang dahsyat seperti Kraken. Menurut cerita makhluk bisa mencapai setinggi puncak tiang kapal utama zaman pertengahan. Kraken biasanya akan menyerang kapal dengan membungkus lengan mereka di sekitar lambung dan kemudian membuat kapal terbalik dan kemudian para kru yang terlempar ke laut akan tenggelam atau dimakan oleh rakasa itu. Apa yang menakjubkan tentang cerita kraken adalah bahwa, dari semua kisah rakasa laut yang kita miliki, kita memiliki bukti terbaik bahwa makhluk ini didasarkan pada sesuatu kisah nyata.


Cerita tentang monster Kraken dari laut sudah ada dari zaman kuno. Legenda Yunani dari Scylla menceritakan seekor mahluk rakasa dengan enam kepala bertemu dan menyerang kapal Odiseus yang sedang berlayar mengitari samudra. Pada tahun 1555 Olaus Magnus menulis tentang makhluk laut dengan "dan lengan panjang dan Tanduk tajam sekelilingnya, seperti akar pohon sekitar sepuluh atau dua belas hasta panjangnya, sangat hitam, dan dengan mata yang besar ..."

Meskipun kraken istilah pertama kali yang dberikan pada monster laut ini oleh Systema naturae (Carolus Linnaeus - 1735), cerita tentang rakasa ini berasal dari para pelaut Norwegia abad kedua belas. Legenda mahluk raksasa dasar laut Norwegia Ini cerita sering merujuk kepada makhluk yang begitu besar yang digambarkan hamper sebesar pulau. Bahkan hingga akhir tahun 1752, ketika Uskup Bergen, Erik Ludvigsen Pontoppidan, menulis Kisah Alam Norwegia kraken digambarkannya sebagai "yang terbesar rakasa dari Laut dan tidak tersaingi di dunia" dengan lebar satu sampai setengah mil. " Uskup juga mencatat bahwa binatang itu masih ada tipe dengan binatang laut yaitu cumi-cumi atau gurita. Pontoppidan mengatakan bahwa bahaya paling fatal dari serangan kraken untuk kapal laut berasal adalah terciptanya pusaran air yang dibuat dari kemunculan dan turun naiknya kraken ke laut. ia juga mencatat, nelayan Norwegia mengetahui akan adanya kemunculan kraken jika ikan hasil jaring mereka sangat sedikit atau kosong biasanya para nelayan Norwegia sudah menduga ada Krakken dibawah laut.

Meskipun deskripsi awal hewan ini memberikan penampilan seperti kepiting-namun mulai abad ke-18 bahwa kraken sebenarnya Gurita raksasa,. Pada tahun 1802 ilmuwan Perancis Pierre Denys de Montfort menyatakan dalam bukunya tentang sejarah alam moluska bahwa makhluk yang dihadapi oleh pelaut Norwegia adalah gurita kracken. Montfort bahkan menyarankan bahwa ada banyak jenis lebih besar gurita dari ini, gurita kolosal yang telah diketahui menyerang kapal yang sedang berlayar. Bukti keberadaan Kraken adalah sering ditemukannya cumi-cumi atau gurita yang berukuran besar yang tersangkut jala nelayan, apalagi dengan teknologi canggih dalam penangkapan ikan. Akhir-akhir ini sering sekali banyak penemuan cumi-cumi atau gurita yang sangat besar.

Legenda Kraken mungkin apa yang kita kenal sekarang sebagai cumi-cumi raksasa . Sementara gurita kolosal mungkin juga cocok dengan deskripsi yang sama dengan kraken, cumi-cumi yang dianggap jauh lebih agresif dan lebih mungkin untuk muncul ke permukaan di mana dapat dilihat oleh manusia. Setidaknya telah tiga kali dilaporkan pada tahun 1930-an seekor cumi-cumi raksasa sebesar truk menyerang sebuah kapal. Sementara cumi-cumi raksasa lainnya justru mati tersangkut pada baling-baling kapal, Cumi-cumi jenis ini menurut para pelaut pernah disaksikan menyerang ikan paus. Fakta bahwa cumi-cumi raksasamenyerang kapal karena mungkin mereka menyangka kapal adalah seekor ikan paus.

Cumi-cumi raksasa dengan besar misalnya seratus meter panjangnya dan berat dua atau tiga ton, menyerang sebuah kapal kecil tentunya akan mengakibatkan kecelakaan yang sangat fatal.

sumber: http://www.eryevolutions.co.cc/2011/04/kraken-legenda-dari-laut-enjoyversion.html
More aboutkraken sang pemangsa