Film Negeri di Bawah Kabut Mampu Menyaingi Kiamat 2012 Film Negeri di Bawah Kabut Mampu Menyaingi Kiamat 2012 | Pejaten Park | Pejaten Park Residence | Apartemen Pejaten Park

Film Negeri di Bawah Kabut Mampu Menyaingi Kiamat 2012

Posted by Raka Satria Mencari Cpanel on Thursday, December 13, 2012


Film Perubahan Iklim Borong Penghargaan JAFF 2012 - Film dokumenter berjudul Negeri di Bawah Kabut karya sutradara Shalahuddin Siregar memborong tiga penghargaan dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) bertema »Redreaming Asia”, yang digelar 1-5 Desember 2012 di Yogyakarta.
Film Negeri di Bawah Kabut Mampu Menyaingi Kiamat 2012
Film yang mengisahkan perubahan iklim ini meraih tiga penghargaan sekaligus, yakni Netpac Awards, Geber Awards, dan Special Mention Award dalam JAFF 2012. Film ini menyisihkan puluhan film yang diputar dalam JAFF. Netpac Awards diberikan kepada sutradara Asia yang dianggap memberikan kontribusi penting bagi gerakan sinema baru Asia. Adapun Geber Awards diberikan kepada film Asia yang dipilih oleh komunitas dari berbagai kota di Indonesia.
Film berdurasi 105 menit ini mengambil latar di sebuah desa di lereng Gunung Merbabu. Film dokumenter ini bercerita tentang komunitas yang tenang menghadapi perubahan iklim. Komunitas petani di Merbabu digambarkan mengandalkan kalender tradisional Jawa untuk membaca musim.
Direktur Festifal JAFF, Ajish Dibyo, mengatakan, film Negeri di Bawah Kabut memiliki sudut pandang baru karena mengangkat kearifan lokal. »Ketika menonton film itu, kita seperti dekat dengan masyarakat yang digambarkan,” kata dia dalam jumpa pers JAFF di Cafe Indraloka, Yogyakarta, Rabu, 5 Desember 2012.
Juri JAFF, Paul Agusta, mengatakan, semua juri menilai film Negeri di Bawah Kabut layak mendapatkan penghargaan karena film ini menggunakan sudut pandang dan pendekatan yang relatif baru. Film dibuat secara alami atau tanpa manipulasi gambar. »Sutradara film mampu merakit cerita tanpa manipulasi. 
Penonton seperti dekat dan berinteraksi langsung dengan komunitas dalam film,” katanya.
Selain Negeri di Bawah Kabut, sejumlah film juga meraih beberapa penghargaan. Film berjudul Bunohan, garapan sutradara Dain Iskandar Said, merupakan film action gaya Melayu. Penghargaan ini diberikan kepada film Asia terbaik pertama melalui penjurian dalam program Asian Feature.
Adapun Postcards From The Zoo karya Edwin, yang menceritakan seseorang yang ditinggalkan sendirian di sebuah kebun binatang, meraih Golden Hanoman Awards. Film The Three Sisters menjadi film pendek terbaik peraih Blencong Award. Film Cartas de la Soledad meraih Netpac Award dan Blames and Flames meraih Special Mention Award.
JAFF tahun ini memilih tema "Redreaming Asia” untuk menggambarkan realitas sosial kultural yang ada di negara-negara Asia. »Masyarakat di negara-negara Asia banyak memiliki kearifan lokal yang beragam,” katanya.
Presiden Festival JAFF, Garin Nugroho, mengatakan, JAFF menggambarkan peta baru sinema Asia. Tema-tema itu menyangkut perkembangan seni, teknologi, dan kondisi sosial politik yang baru. Negara-negara Asia juga mengalami pertumbuhan dan teknologi baru. JAFF juga menjadi simbol perlawanan lewat teknologi. »Contohnya adalah pembuatan film di Filipina. Syuting hanya berlangsung 10 hari dan menghasilkan karya yang bagus,” kata dia.
JAFF dihelat pada 1-5 Desember 2012. Puluhan film JAFF tahun ini diputar di Taman Budaya Yogyakarta, Singosaren, Banguntapan, Krapyak, Wedomartani, dan Empire XXI. Sejumlah penghargaan itu diberikan malam ini di TBY. (Sumber)